Rabu, 06 Januari 2010

Muadzin dan Butarepan

Kau selalu menjawab adzan-adzanku penuh semangat
meski suaraku dipenuhi karat
Namun kini
Aku berhenti menjadi muadzin
bukan karena lelah ataupun gundah
melainkan
setelah ku dengar jeritan butarepan
merusakkan genderang harapku
memedihkan telingaku

Aku berhenti menjadi muadzin
suara-suara lantangku melirih
adzan-adzan yang dulu aku kumandangkan kini tercecer
memakiku penuh nista
mesin pengeras suaraku rusak berat
jeritanku mengalah oleh sayatan butarepan

Aku berhenti menjadi muadzin
matahari terbenam
kapas merah menghilang
fajar menyingsing
matahari berdiri tegak
bayang-bayang sore yang panjang
hilang tertelan habis-habisan

Aku berhenti menjadi muadzin-mu
kapan lagi aku menjadi muadzin setiamu?
dan kau jadi penjawab setia adzanku?
Kapankah…?
Mungkinkah…?

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas kunjungannya. Silahkan tinggalkan komentar anda setelah datang ke blog ini. terima kasih.